Berita & Artikel
Artikel
Peluang Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang Karst sebagai Tempat Wisata dan Edukasi yang Inovatif

duniatambang.co.id - Indonesia adalah negara dengan kekayaan sumber daya alam yang  sangat  melimpah. Salah satu tempat yang  menyimpan bentuk kekayaan alam tersebut adalah Karst. Karst adalah bentang alam khas yang terbentuk dari proses pelarutan batuan karbonat  pada jangka waktu yang lama dan biasanya menjadi sumber penambangan  komoditas batu gamping dan batu kapur.  Diperkirakan Indonesia memiliki kawasan  karst seluas 15,4 juta hektar yang tersebar di seluruh nusantara (Bappenas, 2003).

Karst memiliki peranan yang penting dalam menjaga keseimbangan  ekosistem, khususnya sebagai penyimpan dan penjaga ketersediaan air. Namun, banyak kasus yang menunjukkan adanya aktivitas penambangan yang berlebihan dan tidak terkendali pada kawasan penambangan Karst yang berdampak pada kerusakan lingkungan Pada tahun 2015, sekitar 9,5 persen dari total wilayah karst di rusak, dimana 40% dari nilai tersebut berada di Jawa  Barat. Lahan bekas tambang karst tersebut jika tidak dikelola dengan baik maka akan menyebabkan dampak lingkungan yang signifikan. Selain dari itu, sumber tambang kapur dan batu gamping tersebut akhirnya sampai pada batas  waktu penambangan dan direklamasi untuk mengembalikan fungsi tanah seperti  semula. Dengan banyaknya warga yang menggantungkan hidupnya sebagai  penambang, hal ini tentunya bisa berdampak pada hilangnya mata pencaharian  mereka dan menimbulkan kemiskinan disana. Oleh karena itu, dibutuhkan  pemanfaatan lahan bekas tambang yang berkelanjutan dan memenuhi aspek  lingkungan, sosial dan ekonomi untuk tetap bisa mendukung kesejahteraan sosial  ekonomi masyarakat setempat.

Reklamasi lahan bekas tambang Karst menjadi salah satu kegiatan lingkungan yang menjadi kewajiban sebagai kegiatan pasca tambang. Sampai saat ini, ada beberapa cara untuk melakukan reklamasi khususnya untuk lubang bekas tambang yang terbentuk.  Yang paling sering untuk dilakukan adalah dengan menutup kembali lahan bekas tambang tersebut dengan tanah penutup (overburden) hasil galian tersebut yang mengandung tanah pucuk (top soil). Setelah itu dilanjutkan dengan penanaman rumput-rumputan dan tanaman pionir seperti albasia dan sengon sebagai upaya untuk mengembalikan kesuburan tanah tersebut. Namun, banyak inovasi yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan lahan bekas tambang yang terbentuk agar dapat meningkatkan nilai tambah setelah pasca tambang pada lingkungan Karst. Salah satu inovasinya adalah dengan memanfaatkan  lahan bekas tambang tersebut menjadi kawasan wisata dengan konsep KRISTAL (Kampung Reklamasi Edukasi Wisata Lokal). Tujuan dari konsep KRISTAL ini adalah  untuk menjadikan kawasan lahan bekas tambang Karst yang awalnya tidak  produktif menjadi kawasan wisata yang menarik dan nyaman untuk dikunjungi.  

KRISTAL adalah suatu konsep pemanfaatan lahan bekas tambang Karst dengan  menggunakan prinsip geowisata, yaitu bentuk wisata yang fokus utamanya terletak  pada kenampakan geologis dalam rangka mendorong pemahaman akan lingkungan  hidup, alam dan budaya. Implementasi dari  konsep Kristal ini mempunyai fokus di bidang lingkungan, edukasi, ekonomi  dan budaya. Daerah penambangan Karst di Indonesia mengandung banyak kawasan bersejarah berupa  adanya situs purbakala di sekitar kawasan penambangan berupa bongkah-bongkah  batu kapur dan gamping yang bentuknya unik. Daerah lahan bekas tambang kapur ini juga mempunyai potensi yang berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan aspek kebumian, sejarah,  ekologi dan sosial budaya dari daerah setempat yang bisa diajarkan kepada para  pengunjung dan khususnya masyarakat sekitar.

Langkah utama dalam konsep Kristal ini yaitu dengan memperbaiki ekosistem  lahan bekas tambang Karst terlebih dahulu dengan inovasi Kampung Reklamasi,  yang juga menjadi spot wisata utama. Lahan bekas tambang Karst yang sudah usang  tersebut akan dibagi menjadi dua area. Area pertama akan ditumbuhi oleh berbagai  macam tumbuhan endemik dan langka seperti gaharu, kawista, damar, duwet dan  tumbuhan langka lainnya yang bisa beradaptasi dengan lingkungan ekstrim yang  ditujukan sebagai bahan edukasi kepada masyarakat untuk menumbuhkan rasa  peduli terhadap lingkungan sekitar. Sedangkan area kedua akan ditumbuhi oleh  tanaman kehutanan, tanaman hias dan tanaman budidaya sebagai salah satu spot  pengunjung untuk berfoto maupun menikmati keindahannya. Jenis tanaman ini juga bisa bernilai ekonomis untuk menambah pendapatan daerah sekitar. Spot wisata kedua adalah Sekolah Pertambangan. Inovasi  ini berupa sebuah museum dalam sebuah rumah terbuka yang menyimpan berbagai  macam hal yang berhubungan dengan pertambangan di kawasan Karst, mulai dari  alat tambang tradisional, sampel batuan dan video dokumenter tentang sejarah  Karst di Indonesia. Dengan adanya berbagai macam fasilitas di Sekolah  Pertambangan ini, masyarakat dapat mengetahui dan mempelajari keberlangsungan  pertambangan di daerah Karst tersebut. Karena tempatnya terbuka dan berada  langsung di lahan pascatambang, pengunjung bisa secara langsung melihat sisa-sisa  pertambangan di kawasan tersebut.

Pengembangan dan pemanfaatan inovasi Kristal dalam memanfaatkan lebih lanjut  lahan bekas tambang Karst Pangkalan ini memerlukan kerjasama antara  masyarakat, pemerintah dan pihak lainnya. Pengawasan yang ketat dan aturan dari  pemerintah juga diperlukan untuk mengontrol keberjalanan dari inovasi ini. Kristal ini sangat berpotensi untuk diterapkan di lahan bekas tambang Karst seluruh daerah di Indonesia  mengingat ekosistem Karst memiliki karakteristik yang serupa. Harapannya dengan  adanya inovasi Kristal ini, lahan bekas tambang dapat dimanfaatkan lebih lanjut  untuk menunjang kehidupan masyarakat sekitar dan berkontribusi secara langsung  terhadap pembangunan berkelanjutan di Indonesia di berbagai aspek.